Dalam sebuah pidatonya Presiden Taiwan Tsai Ing-wen pada Senin, 10 Oktober 2022, berjanji untuk lebih meningkatkan kekuatan tempur dan pertahanan. Janji ini disampaikan saat ketegangan antara Taiwan dan Tiongkok mulai semakin meningkat.
Tiongkok mengklaim bahwa Taiwan sebagai wilayahnya sendiri, peningkatan tekanan ini begitu jelas, terutama setelah adanay latihan perang Tiongkok di awal Agustus setelah selesainya kunjungan Ketua Dewan Perwakilan Rakyat Amerika Serikat Nancy Pelosi ke Taipei.
Dalam pidatonya Tsai menjelaskan di hari nasional Senin ini, tentang “meningkatkan kekuatan tempur dan menyatukan moral masyarakat.”
“Selain menekankan kembali tekad Taiwan untuk lebih meningkatkan pertahanan diri dan posisinya dalam menjaga perdamaian dan stabilitas regional, presiden juga menjelaskan bagaimana memperkuat kekuatan dan ketahanan tempur pertahanan nasional,” ujar salah seorang sumber, seperti dilansir dari laman Channel News Asia.
Saat ini presiden Taiwan sedang fokus mengawasi program modernisasi militer dan menambah anggaran pertahanan di saat Tiongkok terus gencar klaim kedaulatannya terhadap Taiwan.
Presidan Tsai sebuah pidatonya di luar kantor kepresidenan di pusat Taipei, Tsai menegaskan bahwa ketahanan dan kekuatan demokratis adalah kunci dalam melindungi Taiwan, dalam hal ini termasuk terus mempererat kerja sama internasional dan hubungan yang erat dengan sekutu demokratis.
Pidato Tsai ini dilaksanakan dalam waktu kurang dari sepekan sebelum kongres Partai Komunis Tiongkok yang berkuasa dibuka di Beijing. Kongres ini sendiri sangat berkaitan dengan Presiden Xi Jinping yang secara luas diprediksi memenangkan masa jabatan lima tahun untuk ketiga kalinya.
Tiongkok sendiri telah berjanji untuk terus berusaha “penyatuan kembali” dengan dara damai dengan Taiwan di bawah komando Satu Negara, ada Dua Sistem. Tapi, semua partai politik utama di Taiwan menolak secara tegas upaya itu, dan masyarakat hampir sama sekali tidak ada yang mendukungnya, sesuai dengan beberapa jejak pendapat.
Tiongkok hingga saat ini masih menolak untuk bertemu dengan Presiden Tsai, yang terpilih kembali secara unggul pada 2020, karena merasa dirinya adalah seorang yang separatis. Tsai telah beberapa kali mencoba melakukan pembicaraan kepada Tiongkok yang memakai landasan kesetaraan dan saling menghormati.