Sebanyak lebih dari 180 orang dilaporkan meninggal dunia akibat kerusuhan suporter Arema FC yang terjadi di Stadion Kanjuruhan, Malang.
Kerusuhan suporter Arema yang berakhir kerusuhan maut itu terjadi usai tim kebanggaannya dikalahkan Persebaya Surabaya dengan skor 2-3 dalam pertandingan Liga 1 yang digelar pada Sabtu, 1 Oktober 2022. Tidak hanya korban meninggal, sebanyak 180 orang lainnya saat ini masih dalam perawatan di rumah sakit.
Menanggapi kejadian ini, Kapolda Jawa Timur Irjen Pol Nico Afinta menjelaskan bahwa penyebab banyaknya jumlah korban yang meninggal dunia dikarenakan adanya penumpukan massa saat kerusuhan terjadi.
“Terjadi penumpukan di dalam, proses penumpukan itulah terjadi sesak nafas kekurangan oksigen,” kata Nico.
Lebih lanjut, Nico menambahkan bahwa 180 orang yang menjadi korban luka-luka saat ini telah mendapatkan perawatan setelah dievakuasi di beberapa rumah sakit.
“Tim medis dan tim gabungan ini melakukan upaya pertolongan yang ada di dalam stadion, kemudian juga dilakukan evakuasi ke beberapa rumah sakit,” ujarnya dikutip Pikiran-Rakyat.com dari PMJ News pada 2 Oktober 2022. Nico menjelaskan bahwa sebanyak 34 orang dilaporkan meninggal di Stadion Kanjuruhan.
Sementara itu beberapa orang meninggal ketika mendapatkan pertolongan di sejumlah rumah sakit setempat di Malang.
Awal mula terjadinya kerusuhan bermula ketika kekalahan Arema dari Persebaya yang membuat para suporter turun ke lapangan setelah pertandingan berakhir.
Pada pukul 21.58 WIB setelah pertandingan berakhir, pemain dan official Persebaya Surabaya dari lapangan masuk ke dalam kamar ganti pemain dan dilempari oleh suporter aremania dari atas tribun dengan botol air mineral dan lain lain.
Saat pemain dan official Arema FC dari lapangan berjalan masuk menuju kamar ganti pemain, suporter Aremania turun ke lapangan dan menyerang. Oleh petugas keamanan di lindungi dan dibawa masuk ke dalam kamar ganti pemain.
Kerusuhan semakin membesar setelah adanya beberapa flare termasuk benda-benda lainnya yang dilemparkan oleh suporter Arema.
Petugas keamanan yang terdiri dari gabungan Polri dan TNI pun berusaha keras untuk menghalau para suporter yang semakin rusuh tersebut. Tidak seimbangnya jumlah petugas keamanan dengan ribuan suporter Arema, para petugas keamanan langsung menembakkan gas air mata.