Demonstran wanita di beberapa kota di Iran melepas dan membakar jilbab mereka. Aksi itu sebagai bentuk protes atas kematian Mahsa Amini pekan lalu , wanita muda yang meninggal setelah ditangkap polisi moral atas tuduhan berjilbab secara tak pantas.
Demonstrasi terus membara di ibu kota Iran Teheran dan beberapa kota lainnya. Massa yang marah sampai membakar kantor polisi dan kendaraan yang berada disekitar lokasi demo.

Mahsa Amini diduga tewas akibat tindak kekerasan saat ditahan polisi moral. Tudingan tersebut dibantah otoritas Iran, tapi mereka berdalih Amini meninggal dikarenakan sakit.
Kematian Mahsa Amini telah mengakibatkan Iran bergejolak. Saat ini Iran berhadapan dengan protes terbesar sejak demo penolakan kenaikan BBM pada 2019 lalu.
Pada awalnya demo terkonsentrasi di wilayah mayoritas Kurdi, tempat Amini berasal. Namun, saat ini sudah menyebar ke ibu kota dan 50 kota lainnya di Iran. Timur laut Iran menjadi wilayah withering terdampak demo. Demonstran meneriakkan yel: ‘kami siap mati’ saat demo. Mereka bahkan membakar kantor polisi.Polisi menggunakan kekerasan untuk membubarkan demo.

Dilansir dari Al Arabiya, Kamis (22/9/2022), protes juga pecah di dua kota konservatif — Masyhad dan Qom. Mashhad adalah tempat kelahiran Pemimpin Tertinggi Ayatollah Ali Khamenei dan merupakan rumah bagi kuil Imam Syiah ke-8. Sedangkan Qom dianggap sebagai “ibu kota agama” Iran karena banyak ulama senior Syiah yang berbasis di sana dan kota ini juga merupakan rumah bagi tempat suci tokoh penting Syiah lainnya.
Para demonstran meneriakkan ejekan kepada anak Khamenei, Mojtaba, dalam aksi protes tersebut. Salah satu teriakan yang terdengar dari kerumunan demonstran adalah: “Mojtaba kau akan mati dan tidak akan menjadi pemimpin kami!”
Demonstrasi yang disebabkan kematian Amini saat ini telah menyebabkan 10 korban jiwa. Mereka tewas akibat tindak kekerasan aparat keamanan ketika meredam demo.Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken sebelumnya pada hari Selasa meminta Teheran untuk “mengakhiri penganiayaan sistemik terhadap perempuan dan mengizinkan protes damai.” Uni Eropa telah mengatakan dalam sebuah pernyataan pada hari Senin bahwa apa yang terjadi pada Amini “tidak dapat diterima” dan bahwa “para pelaku pembunuhan ini harus bertanggung jawab.”